ANALISIS LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI PENUNJANG EVALUASI KINERJA KEUANGAN


ANALISIS LAPORAN ARUS KAS

SEBAGAI PENUNJANG EVALUASI KINERJA KEUANGAN

1. Pengertian Kas dan Setara Kas

Dalam PSAK No. 2 paragraf 43, mengharuskan perusahaan untuk mengungkapkan komponen kas dan setara kas serta harus menyajikan rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama dengan pos yang ada di neraca. Oleh karena itu penting untuk memahami secara jelas tentang definisi kas yang dimaksud dalam laporan ini.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2, kas didefinisikan sebagai berikut : “Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro”. (1995:2.2). Dalam Statement Of Financial Accounting Standard No. 95, FASB menyatakan bahwa suatu laporan arus kas harus menjelaskan selisih yang terjadi antara saldo awal dan saldo akhir serta setara kas (cash equivalent). Hal ini berarti dalam laporan kas, kas memiliki pengertian yang lebih luas yang tidak hanya terbatas pada saldo kas yang tersedia di perusahaan (cash on hand) dan kas di bank, tetapi juga termasuk perkiraan-perkiraan yang dikenal sebagai setara kas (cash equivalent).

Definisi setara kas (cash equivalent) dalam PSAK No. 2 adalah : “Investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan dapat segera dijadikan kas dalam jumlah tanpa menghadapi perubahan nilai yang berarti.” (1995:2.3)

PSAK No. 2, paragraf 6 menjelaskan setara kas sebagai berikut :

Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus dapat segera diubah menjadi kas dalam jumlah yang diketahui tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagau setara kas hanya segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.

Contoh setara kas yang disamakan dengan kas, menurut Harrison (1995:731) adalah treasury bills, commercial paper jangka pendek, money market serta surat-surat berharga lain yang mempunyai syarat-syarat :

1. Setiap saat dapat ditukar dengan kas.

2. Tanggal jatuh temponya sangat singkat, dalam waktu tiga bulan atau kurang.

3. Resiko perubahan nilai yang kecil atau kurang berarti.

Jadi tidak semua investasi jangka pendek dikelompokkan sebagai setara kas. Hal ini tergantung pada kebijakan keuangan yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Suatu perusahaan harus memiliki kebijakan yang jelas dalam menentukan perkiraaan-perkiraan apa saja yang termasuk dan tidak termasuk adalam katagori sebagai setara kas, dan kebijakan ini harus diungkapkan dalan catatan atas laporan keuangan perusahaan serta harus dijalankan secara konsisten dari waktu ke waktu.

Dalam laporan arus kas, kas dan setara kas diperlakukan sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain, laporan arus kas menyatakan perubahan dalam kas dan setara kas. Oleh karena itu, pengeluran kas untuk memperoleh setara kas dan penerimaan kas dari penjualan setara kas tidak dimasukkan dalam laporan arus kas. (Larson dan Miler)

2. Pengertian Laporan Arus Kas

Setiap perusahaan dalam menjalankan operasi usahanya akan mengalami arus masuk kas (cash inflows) dan arus keluar (cash outflows). Apabila arus kas yang masuk lebih besar dari arus kas yang keluar maka hal ini akan menunjukkan positive cash flows, dan sebaliknya apabila arus kas masuk lebih sedikit daripada arus kas keluar maka arus kas yang tejadi akan negative cash flows.

Definisi arus kas menurut PSAK No. 2 adalah : “Arus masuk dan keluar kas atau setara kas”. (1995:2.3). Para Praktisi dibidang akuntansi sebenarnya telah lama menggunakan variasi dari laporan arus kas. Adapun nama-nama yang dimaksud adalah laporan sumber dan laporan perubahan posisi keuangan.

Laporan arus kas yang tercakup dalam laporan tahunan, memberikan informasi mengenai arus kas masuk dan keluar kas dan setara kas. Lebih lanjut, menganalisa semua perubahan yang mempengaruhi kas dan setara kas dalam kategori operasi, investasi dan pendanaan dari suatu perusahaan selama suatu periode dalam format yang merekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir kas dan setara kas.

3. Kegunaan laporan Arus Kas

Tujuan dari laporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang berasal dari aktifitas operasi, investasi dan pendanaan dari suatu entitas selama suatu periode.

Menurut Financial Accounting Standard Board, informasi yang diberikan dalam suatu laporan kas, jika digunakan dengan pengungkapan yang berkaitan dan laporan keuangan lainnya, harus membantu investor, kreditor dan pihak lainnya untuk:

1. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih masa depan,

2. Menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, kemampuan membayar dividen, dan kebutuhan untuk pendanaan eksternal.

3. Menilai alasan perbedaan antara laba bersih dibanding penerimaan serta pengeluaran kas yang berkaitan.

4. Menilai pengaruh transaksi investasi dan pendanaan baiuk kas maupun non kas terhadap posisi keuangan suatu perusahaan selama satu periode tertentu.

Jadi informasi yang disajikan dalam laporan arus kas berguna bagi para pemakai laporan keuangan, baik bagi pihak manajemen, investor, kreditor maupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menggunakan arus kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.

4. Penyajian Laporan Arus Kas

a. Klasifikasi Arus Kas

Dalam PSAK No. 2, paragraf 49 (1995:2.4), dinyatakan bahwa : “Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktifitas operasi, investasi dan pendanaan”.

Karakteristik transaksi dan kejadian lain dari setiap jenis aktifitas-aktifitas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Aktifitas Operasi

Dalam PSAK No. 2 dijelaskan bahwa arus kas dari kegiatan operasi merupakan arus kas yang berasal dari aktifita penghasil utama pendapatan perusahaan. Kegiatan ini melibatkan pengaruh kas dari transaksi yang masuk ke dalam penentuan laba bersih dalam laporan laba rugi.

Adapun arus kas yang masuk dan keluar dari kegiatan operasi mencakup antara lain:

a. Arus kas yang masuk dari penjualan barang dan jasa, pendapatan dividen, pendapatan bunga, dan penerimaan operasi lainnya.

b. Arus kas yang keluar untuk pembayaran kepada pemasok barang dan jasa, pembayaran kepada karyawan, bunga yang dibayarkan atas hutang perusahaan, pembayaran pajak, dan pengeluaran operasi lainnya.

2. Aktifitas Investasi

Menurut PSAK No. 2, arus kas dari aktifitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang diperoleh perusahaan yang ditujukan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.

Adapun arus kas masuk dan keluar dari kegiatan ini antara lain meliputi :

a. Arus kas masuk berasal dari penjualan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva jangka panjang, penjualan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain dan penagihan uang pokok pinjaman yang diberikan perusahaan.

b. Arus kas keluar untuk pembelian aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan aktiva jangka panjang lain, termasuk pengembangan yang dikapitalisasikan, perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain, pemberian pinjaman pada pihak lain.

3. Aktifitas Pendanaan

Arus kas yang berasal dari aktifitas ini merupakan arus kas yang menyebabkan perubahan dalam struktur modal atau pinjaman perusahaan. Arus kas merupakan kegiatan mendapatkan dana untuk kepentingan perusahaan. Arus kas keluar adalah pembayaran kepada pemilik dan kreditor.

Arus kas masuk dan keluar dari kegiatan ini meliputi, antara lain :

a. Arus kas masuk dari penjualan saham atau instrumen modal lainnya, dan penerbitan obligasi, wesel, hipotek, serta pinjaman lainnya.

b. Arus kas keluar untuk pembayaran deviden, pembelian saham perusahaan, pelunasan pokok pinjaman, dan pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi kewajiban yang berkaitan dengan sewa gedung usaha pembiayaan.

Dalam paragraf 41, PSAK NO. 2 (1995:2.9) diatur lebih lanjut tentang transaksi non kas yang berkaitan dengan aktifitas investasi dan pendanaan, sebagai berikut :

Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau setara kas dikeluarkan dari laporan arus kas. Transaksi semacam ini harus diungkapkan sedemikian rupa pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai aktifitas investasi dan pendanaan tersebut.

Juga dinyatakan lebih lanjut bahwa pengklasifikasian arus kas ini dapat dilakukan dengan cara yang dianggap paling sesuai dengan bisnis perusahaan. Tujuan utama dari pengklasifikasian menurut aktifitas ini adalah memberikan informasi yang paling akurat bagi pemakai laporan keuangan untuk menilai pengaruh aktifitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap kas dan setara kas. Selain itu informasi tersebut juga untuk menilai sejauh mana hubungan antara ketiga aktifitas tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut diatur dalam PSAK No. 2 (1995:2.11-2.12) sebagai berikut :

Pos luar biasa, arus kas dari pos ini harus diklasifikasikan sebagai aktifitas operasi, investasi dan pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya dan diungkapkan secara terpisah, agar para pemakai dpat memahami hakekat dan pengaruhnya terhadap arus kas saat ini dan masa mendatang. Arus kas dari bunga yang dibayarkan dan bunga serta dividen yang diterima dapat diklasifikasikan sebagai arus kas operasi karena mempengaruhi laba atau rugi bersih. Sebagai alternatif, bunga yang dibayar dan bunga serta dividen yang diterima dapat diklasifikasikan masing-masing sebagai arus kas pendanaan dan arus kas investasi karena merupakan perolehan sumber daya keuangan atau sebagai hasil investasi. Sedangkan dividen yang dibayarkan dapat diklasifikasikan sebagai arus kas pendanaan karena merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan.

Sebagai alternatif, dividen yang dibayar dapat diklasifikasikan sebagai komponen arus kas dari aktifitas operasi dengan maksud untuk membantu para pengguna laporan arus kas dalam menilai kemampuan perusahaan membayar dividen dari arus kas operasi. Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan harus diungkapkans endiri dan diklasifikasikan secara spesifik dapat diidentifikasikan sebagai aktifita spendanaan dan investasi. Apabila arus kas pajak dialokasikan pada lebih dari satu jenis aktifitas, maka jumlah keseluruhan pajak yang dibayar harus diungkapkan.

b. Metode Penyajian Laporan Arus Kas

Dalam PSAK No. 2 (1995:2.7), perusahaan diwajibkan untuk melaporkan arus kas dari aktifitas operasi dengan menggunakan salah satu metode dibawah ini :

1. Metode Langsung

Metode langsung mengungkapkan kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto. Dalam metode ini setiap perkiraan yang berbasis akrual pada laporan laba rugi diubah menjadi perkiraan pendapatan dan pengeluaran kas sehingga menggambarkan penerimaan dan pembayaran aktual dari kas. Jadi, metode langsung memfokuskan pada arus kas daripada laba bersih akrual, oleh karena itu dianggap lebih informatif dan terperinci.

Informasi mengenai kelompok utama dan pengeluaran kas bruto dijelaskan oleh IAI dalam PSAK No. 2 (1995:2.8), sebagai berikut :

Dengan metode langsung, informais mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh baik :

a. Dari catatan akuntansi perusahaan

b. Dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan, dan pos-pos ;ain dalam laporan laba rugi untuk perubahan persediaan, piutang usaha dan hutang usaha dalam periode berjalan, pos bukan kas lainnya, dan pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.

2. Metode Tidak Langsung

Pelaporan arus kas dari aktifitas operasi dengan menggunakan metode tidak langsung berdasarkan PSAK No. 2 (1995:2.7) :

Dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dari masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.

Jadi pada dasarnya metode tidak langsung ini merupakan rekonsiliasi laba bersih yang diperoleh perusahaan. Metode ini memberikan suatu rangkaian hubungan antara laporan arus kas dengan laporan laba rugi dan neraca.

Dalam PSAK No. 2 (1995:2.8) juga diatur mengenai penentuan arus kas bersih dalam aktifitas operasi dalam metode tidak langsung sebagai berikut :

Dalam metode tidak langsung arus kas bersih diperoleh dari aktifitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh :

a. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode berjalan ;

b. Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian, valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan dan hak minoritas dalam laba/rugi konsolidasi; dan

c. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.

IAI dalam PSAK No. 2 (1995:2.7), menganjurkan :

Perusahaan untuk menggunakan metode langsung karena metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung. Namun penyusunan laporan arus kas dengan metode ini lebih sulit dan memerlukan waktu yang lebih lama.

Jadi kedua metode diatas dapat ditetapkan dan akan memberikan hasil yang sama. Pemilihan antara keduanya tergantung kebijaksanaan dari masing-masing perusahaan. Bentuk laporan dengan metode tidak langsung lebih sering digunakan karena dalam penyusunannya lebih mudah dan sederhana dibanding dengan metode langsung.

Untuk pelaporan arus kas dari aktifita investasi dan pendanaan, diatur dalam PSAK No. 2 (1995:2.9), sebagai berikut : “Perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktifitas investasi dan pendanaan, …”

c. Penyusunan Laporan Arus Kas

Menurut Smith dan Skousen (1992:191), penyusunan laporan arus kas terdiri dari sumber-sumber data diatas meliputi empat langkah pokok :

1. Menentukan perubahan dalam kas

2. Menentukan arus kas bersih dari aktifitas operasi.

3. Menentukan arus kas dari aktifitas investasi dan pendanaan.

4. Menyiapkan suatu laporan arus kas formal.

5. Analisis Laporan Keuangan

a. Hakikat Analisis Laporan Keuangan

Adapun tujuan dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengevaluasi posisi dan hasil operasi sekarang dan masa lampau dari suatu perusahaan sehingga dapat diperoleh suatu prediksi akan kondisi dan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang.

Smith dan Skousen (1992:1044) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan pada umumnya diarahkan pada pengevaluasikan empat aspek perusahaan yaitu : likuiditas, stabilitas, profitabilitas dan potensi perkembangan.

b. Teknik Analisis Laporan Keuangan

Dalam analisis laporan keuangan, berbagai peralatan digunakan untuk memberikan perbandingan dan kepentingan relatif dari informasi keuangan yang disajikan.

Beberapa peralatan dasar yang digunakan dalam analisis laporan keuangan dijabarkan lebih lanjut oleh Harahap (1998:217) sebagai berikut :

1. Analisis Perbandingan

Dalam analisis perbandingan, informasi yang sama disajikan untuk dua atau lebih tanggal atau periode yang berbeda sehingga pos-pos yang serupa dapat diperbandingkan. Perbandingan ini dapat dilakukan melalui :

a. Perbandingan laporan keuangan dalam beberapa tahun (horizotal)

b. Perbandingan satu tahun buku (vertikal), yang dibandingkan adalah unsur-unsur yang terdapat dalam laporan keuangan.

c. Perbandingan dengan perusahaan yang terbaik.

d. Perbandingan dengan angka-angka dasar industri yang berlaku (di Indonesia) standar ini belum ada).

e. Perbandingan dengan budged atau anggaran perusahaan.

2. Analisis Persentase

Metode ini merupakan metode analisis yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk presentasi. Laporan keuangan presentatif berguna dalam analisis struktur internal laporan keuangan, karena dalam laporan keuangan presentatif menyatakan proporsional dari setiap pos laporan keuangan dalam suatu periode tertentu terhadap angka dasar, misalnya persentase penjualan bersih terhadap total pendapatan pada suatu periode yang sama.

3. Metode Index time Series

Dalam metode ini dihitung indeks dan digunakan untuk mengkonversi angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang diberi indeks 100. Beranjak dari tahun dasar ini maka dibuat indeks tahun-tahun lainnya sehingga dapat dibaca dengan mudah perkembangan angka-angka laporan keuangan tersebut pada periode yang lain.

4. Analisis Rasio

Analisis rasio keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu dalam laporan keuangan dengan pos lain yang memiliki hubungan yang signifikan. Analisis rasio keuangan berguna untuk menentukan kesehatan atau kinerja keuangan suatu perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio keuangan yang umum diperkenalkan dalam kebanyakan literatur dan yang sering digunakan adalah rasio likuiditas, solvabilitas, aktifitas dan profitabilitas. Rasio-rasio tersebut kemudian dibandingkan dengan rasio-rasio perusahaan itu sendiri selama beberapa periode untuk menilai perkembangan perusahaan tersebut. Selain itu dapat dibandingkan dengan rasio-rasio dari beberapa perusahaan yang sejenis untuk menilai kinerja perusahaan, apakah perusahaan berada diatas, sama, atau dibawah rata-rata industri.

Sulit untuk menentukan bahwa suatu peralatan lebih baik daripada yang lain karena setiap situasi yang dihadapi oleh analisis laporan keuangan berbeda. Pemilihan ukuran analisis tergantung pada tujuan yang hendak dicapai, yang memungkinkan pengambilan keputusan ekonomi yang tepat dari masing-masing pemakai laporan keuangan.

6. Evaluasi Kinerja Perusahaan

Laporan arus kas dapat membantu para pemakainya untuk melihat bagaimana saldo kas dan setara kas dalam neraca perusahaan berubah dari awal hingga akhir periode akuntansi dan apa artinya perubahan tersebut bagi perusahaan, apakah menunjukkan prestasi positif atau negatif.

Karena laporan laba rugi perusahaan menggunakan dasar akrual yang memungkinkan pelaporan pendapatan dan beban sebelum ada arus kas masuk atau keluar, maka laporan arus kas dalam hal ini dapat digunakan sebagai laporan pengimbang laporan laba rugi. Seperti yang dijelaskan oleh Kieso dan Weygandt (1995:245) bahwa :

Akuntansi akrual terlalu jauh menyimpang dari arus kas yang mendasari perusahaan bersangkutan, sehingga dengan demikian menghitung laba bersih tidak lagi memberikan indikator yang diterima mengenai daya menghasilkan laba perusahaan. Demikian pula, karena laporan keuangan tidak mengakui inflasi, banyak yang mencari standar yang lebih konkrit untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan.

Fungsi dari laporan laba rugi adalah untuk mengukur profitabilitas dari perusahaan pada suatu periode tertentu dengan cara menghubungkan seluruh biaya dan pendapatan yang terkait.

Oleh karena itu, penilaian yang tepat atas prestasi suatu perusahaan tidah hanya memperhatikan kemampuan perusahaan dalam memperhatikan dalam menghasilkan laba tetapi juga memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas positif dari kegiatan operasinya. Karena jika perusahaan profitabel namun mengalami defisit arus kas dapat merupakan indikasi bahwa perusahaan mengalami masalah keuangan dan dikhawatirkan tidak mampu mengembalikan pinjaman kepada kreditor maupun membayar dividen kepada investor. (Hermason, 1995:386)

Untuk alasan ini, para analisis laporan keuangan memilih untuk menghubungkan arus kas operasi dengan laba bersih yang dilaporkan pada periode yan bersangkutan sebagai pengecekan atas kualitas bersih yang dilaporkan tersebut.

Dengan demikian, laporan arus kas digunakan untuk mengecek dan melengkapi laporan laba rugi tapi bukan sebagai pengganti laporan laba rugi. Laporan arus kas berfokus pada pengukuran keuangan daripada ukuran profit dan biasanya lebih cocok digunakan untuk mengevaluasi dan memproyeksikan likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Dalam hal ini tidak mengidentifikasikan laporan mana yang lebih unggul, tapi penggunaannya tergantung pada apa yang hendak diukur.

Karena laporan arus kas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan laporan keuangan lainnya, maka penggunaannya secara bersama-sama akan memberikan hasil yang lebih tepat untuk mengevaluasi sumber dan penggunaaan kas perusahaan dalam seluruh kegiatan perusahaan. Dengan demikian dapat membantu para pemakai laporan keuangan untuk mengevaluasi struktur dan kinerja keuangan suatu perusahaan.

7. Analisis Rasio Arus Kas

Analisis laporan arus kas menurut Plewa dan Friedlob (1995:228), terdiri atas rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan pengeluaran modal serta rasio pengembalian kas, yang dijabarkan sebagai berikut :

a. Liquidity Ratios

Rasio ini memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Analisis rasio likuiditas atas arus kas terdiri dari :

1. Current Cash Debt Coverage

Adalah rasio dari arus kas hasil operasi terhadap hutang lancar rata-rata. Rasio ini menunjukkan berapa besar kas yang dihasilkan dari aktifitas operasi dapat menutupi kewajiban lancar rata-rata.

Hutang lancar rata-rata diperoleh dengan cara menambah saldo awal dengan saldo hutang lancar, kemudian dibagi dengan dua.

Menurut penelitian yang telah dilakukan, rasio ini termasuk dalam kategori baik, apabila perusahaan menghasilkan nilai rasio diatas atau sama dengan 40%.

2. Cash Divident Coverage

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen dengan menggunakan arus kas dari operasi.

Rasio ini dapat dimodifikasi untuk menunjukkan pembayaran dividen kepada semua pemegang saham atau hanya kepada pemegang saham biasa. Apabila penutupan arus kas atas pembayaran dividen hanya kepada pemegang saham biasa, maka rasio ini dapat dicari dengan mengurangkan dividen saham preferen dari arus kas operasi dibagi dengan dividen saham biasa.

Semakin tinggi rasio ini,menunjukkan semakin likuid suatu perusahaan, akibatnya akan menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan.

b. Solvency Ratio

Analisis terhadap rasio solvabilitas pada analisis rasio arus kas bertujuan untuk menilai kecukupan arus kas untuk memenuhi kewajiban jangka pebdek maupun jangka panjang. Analisis ini terdiri dari :

1. Cash Long – Term Debt Coverage

Rasio ini menunjukkan kecukupan arus kas yang diperoleh dari aktifitas operasi yang digunakan untuk membayar hutang perusahaan.

Average total liabilities diperoleh dengan cara menambah saldo awal dengan saldo akhir total kewajiban, kemudian dibagi dengan dua.

Suatu bentuk alternatif dari rasio ini adalah dengan mengurangkan arus kas dari operasi dengan pembayaran dividen.

Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan semakin solvent suatu perusahaan. Dari kebanyakan literatur yang ada menyarankan bahwa 20% adalah ukuran yang memadai untuk rasio ini.

2. Cash Interest Coverage


Adalah rasio arus kas dari operasi ditambah dengan pembayaran bunga dan pajak terhadap pembayaran bunga aktual. Semakin besar rasio ini, maka perusahaan dikatakan semakin baik.

Beban bunga (interest paid) dan beban pajak pada laporan arus kas metode langsung dapat diperoleh langsung dari aktifitas operasi. Sedangkan arus kas yang menggunakan metode tidak langsung, beban-beban ini dapat diperoleh dari ungkapan tambahan yang menyertai laporan arus kas.

c. Capital Expenditure

Untuk menjadi sukses dan kompetitif, suatu perusahaan harus memenuhi semua kewajibannya. Sebagai tambahan, perusahaan juga dapat mempertahankan aset modalnya serta pengeluaran pendanaan untuk meningkatkan dasar aset tersebut. Untuk menentukan apakah perusahaan dapat menutupi pengeluaran-pengeluaran ini ada beberapa rasio yang dikembangkan, yaitu :

1. Capital Acquisition Ratio

Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan dapat membayar pengeluaran modalnya dengan segera.

Apabila rasio ini sama dengan 100% atau lebih, maka menunjukkan bahwa perusahaan kurang bersandar pada pembiayaaan eksternal dan kontribusi pemilik untuk memindahkan dan menambahkan modal yang ada. Sebaliknya, apabila rasio yang dihasilkan lebih kecil dari 100%, berarti perusahaan tidak mampu menutupi biaya pengeluaran modal dari aktifitas operasi.

2. Invesment / CFO Plus Finance Ratio

Rasio ini menunjukkan bagaimana investasi dibiayai dengan membandingkan arus kas bersih dari aktifitas investasi dengan arus kas bersih dari operasi dan pendanaan.

CFI = Cash flow from Investing

CFF = Cash flow from Financing

Dalam mengevaluasi rasio ini, semakin rendah nilai rasio berarti semakin rendah proporsi investasi dibiayai dari aktifitas operasi dan pendanaan, hal ini menunjukkan tanda yang baik.

3. Operation / Invesment Ratio

Rasio ini mengukur potensial perusahaan dalam membiayai ekspansi dari dana yang dihasilkan secara internal. Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin kecil ketergantungan perusahaan pada pendanaan eksternal.

4. Cash Reinvesment Ratio

Rasio ini memandingkan arus kas yang ditahan untuk melakukan investasi kembali dengan jumlah kotor dari aset tidak lancar ditambah dengan modal kerja. Rasio ini berguna untuk menggantikan aset yang ada dan tersedia untuk ekspansi. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kemampuan reinvestasi yang tinggi dari arus kas operasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio ini dikatakan baik apabila berkisar dari 7% sampai 11%.

Non current asset (gross) diperoleh dari neraca dengan cara menjumlahkan semua aktiva tidak lacar termasuk akumulasi penyusutan aktiva tetap. Sedangkan modal kerja merupakan selisih antara total aktiva lancar dengan total hutang lancar.

d. Cash Flow Return Ratios

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas pada saat sekarang maupun di masa depan. Rasio ini terdiri dari :

1. Overall Cash Flow Ratio

Rasio ini digunakan untuk kemampuan menghasilkan kas dari aktifitas operasi yang dapat digunakan untuk aktifitas pendanaan dan investasi.

2. Cash Return On Sales Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk mengubah nilai penjualan atau pendapatan ke dalam kas, semakin tinggi rasio ini semakin baik. Kadang kala rasio ini disebut juga sebagai Cash Rasio Margin.

3. Cash Flow To Net Income Ratio

Melalui rasio ini diketahui seberapa besar kas dari aktifitas operasi dibandingkan dengan laba bersih yang diperoleh.

4. Quality Of Sales Ratio

Rasio ini digunakan hanya apabila perusahaan menggunakan metode langsung dalam menyajikan laporan arus kasnya. Melalui rasio ini dapat diketahui alasan perbedaan antara laba bersih dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Pengukuran ini sebagai dasar untuk mengevaluasi kualitas dari pendapatan perusahaan.

5. Quality Of Income Ratio

Apabila suatu perusahaan tidak menggunakan metode langsung dalam menyajikan laporan arus kasnya, maka kualitas pendapatannya dapat dihitung dengan rasio ini.

Melalui rasio ini dapat diketahui mengapa terdapat perbedaan antara laba perusahaan yang berbasis akrual dengan arus kas dari operasi.

6. Cash Return On Assets Ratio

Rasio ini digunakan sebagai pembanding dengan rata-rata industri dan dengan rasio ini periode sebelumnya untuk menilai tingkat efisiensi dalam penggunaan aktiva perusahaan.

7. Cash Return On Stockholder’s Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan mampu menghasilkan pengembalian kas yang cukup bagi para pemegang saham. Rasio ini dihitung sebagai berikut :

8. Cash Flow Per Share

Arus kas per lembar saham dihitung dengan cara membagi arus kas dari aktifitas operasi yang tersedia dengan jumlah rata-rata jumlah lembar saham yang beredar selama periode tersebut. Apabila terdapat prefferen deviden, jumlah ini harus dikurangkan dari arus kas operasi untuk menunjukkan arus kas dari aktifitas operasi yang tersedia dari saham biasa.

Rasio ini berguna untuk menelusuri perubahan arus kas sepanjang waktu yang menunjukkan tingkat profitabilitas serta prospek pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. Rasio hanya akan meberikan informasi yang berguna apabila diperbandingkan dengan rasio industri atau rasio tahun sebelumnya.

~ by zulfikarnashrullah on May 28, 2008.

One Response to “ANALISIS LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI PENUNJANG EVALUASI KINERJA KEUANGAN”

  1. Mohon petunjuk dan contoh kasus agar lebih paham mengingat ini basic sekali TKs

Leave a comment